Senin, 23 Mei 2011

kisah cinta dibatam



BATAM LOVE STORY
            Setiap kisah bermula dan berakhir dari pertemuan. Sebagian orang pertemuan berawal dari rasa cinta. ‘Kenal maka sayang, tak kenal maka tak sayang’, pepatah itulah yg cocok menjadi slogan saat aku menemukan kekasih hatiku. Lia namanya, siahaan marganya. Jauh sebelumnya aku sudah mengenalnya, setelah dia resmi terima aku jadi kekasihnya. Mgkn niat itupun timbul saat pertemuan yg semakin sering terjalin. Cinta memang benar-benar ajaib, kita tidak pernah tau kapan dan darimana datangnya. Cinta jg bisa menjadi lucu dikala kita pernah berpikir ‘koq bisa ya?’. Heee… mgkn cinta itu ada dimana-mana kali ya. Apalagi dijaman yg sekarang yg serba canggih, apa saja bisa terjadi. Bahkan cinta itu sendiri bisa tercipta dari sebuah perangkat electronic. Wajar kalo dijaman skrg manusia sudah kurang respect terhadap cinta. Sebagaimana org bijak berkata: “Mencintai seseorang bukanlah apa-apa. Dicintai seseorang adalah sesuatu. Dicintai oleh orang yg kita cintai baru berarti. Tidak heran untuk sebagian orang percaya bahwa cinta adalah suatu alat penghubung antar dua raga untuk melakukan sex. Namun cinta jg mampu menjadi jembatan dalam mengarungi hidup yg penuh liku dan kerikil tajam.
            Februari 2008 merupakan awal dari cinta kami. Rasa itu terungkap dan berlabuh di, pantai marina pulau Batam. Dari sanalah kisah ini bermula. Malam itu sungguh begitu trasa indah, tiada awan kelabu dan langit dipenuhi bintang gemintang. Janjipun terucap begitu lembut lewat bisikan ditelinga. Malam yg dinginpun tersentak berubah menjadi trasa hangat dan damai disana. Kami lupa diri dimana kami berada. Hingga siulan fluit security yg mampu sadarkan. Indah bercampur malu, itulah yg aku rasakan malam itu. (“Lia….engkau memang wanita yg penuh pengertian”) Aku suka hal itu.
            Haripun berganti minggu, minggu berganti bulan, meniti kehidupan manusia yg fana ini, kenanganpun semakin banyak tergores, hingga rasa hampa menghinggapi jika tidak ketemu. Asmara itu telah tumbuh subur didalam hati ditambah hasrat yg menggebu-gebu. Hidup memang tidak lepas dari cinta, begitu jg cinta tidak lepas dari masalah dan tantangan. Senawangi, tempat itulah menjadi bukti perjalanan cinta kami, karena disanalah lia kost dan tinggal. Kenangan suka dan duka silih berganti mengalir disana. Perbedaan pendapat, kemunafikan, egois bahkan orang ketiga menjadi bumbu hari-hari kami jalani. Hal itu lumrah dalam suatu hubungan, tergantung kesabaran kita gimana cara mengatasinnya. Mungkin itu bisa menjadi tombak pegangan dan obat agar kita mampu intropeksi diri masing-masing. Maklum aku dibesarkan oleh adat batak, kebiasaan budaya tegas dan keras tentu masih kental didalam jiwa. Begitu juga dengan lia, dibalik wajahnya yg anggun dan cantik, telah keluar sifat asli yg selama ini masih bisa tersimpan. Keras, egois dan menang sendiri sudah tampak saat emosi. Terkadang sekilas aku berpikir, ‘mampukah hubungan ini terus berjalan?’. Namun kenyataannya justru sebaliknya. Bertengkar dan ribut itu justru membuat cinta kami semakin kuat dan romantis.                                 
            Hingga pada perjalanan bulan ketiga, liapun memutuskan untuk pindah kost. Entah rasa bosan atau memang pengen situasi baru atau memang karena factor lain, aku sendiri kurang tau persis, Yang pasti lia memutuskan pindah. Maka perjalanan cintakupun menambah daftar. Dimana dulunya cinta bersemi antara piayu dan batu aji, kini antara piayu dan baloi. Aku rasa semua orang pasti menginginkan dirinya semakin maju, begitu jg lia. Batam mungkin lebih dikenal orang dengan Nagoyanya, begitulah baloi identik dengan Nagoya. So manything ada disana. Kehidupan yg serba modern dan glamour, jg kebebasan menjadi alasan utama tinggal disana. No attention, No attitude, Everything alls is free. Roda cintapun berjalan semau kita. Bahkan kisah Romeo dan Juliet masih jauh terkalahkan. Duit yg mengatur segalanya. Wajar dimata orang banyak, wanita sexy Nagoya seolah menjadi black list. Sambil menanti waktu dan berusaha menyenangkan diri, cintapun berjalan dan berjalan trus hingga saanggup bertahan cukup lama dan kemesraan dan kedekatan membuat kita saling mengenal. Cinta memang tidak selamanya berjalan mulus, terkadang masalah akan datang silih berganti. “Tiras” kata itu jauh sebelumnya sudah pernah terdengar ditelingaku. Aku anggap itu hanyalah sebuah sebuatan dan cerita fiksi belaka. Namun kata-kata itu kembali mengingatkan aku setelah sering melihat lia saat marah atau emosi. Orang batak pada umumnya menyebut tiras itu identik dengan boru siahaan. Aku sendiri kurang paham ada apa dengan boru itu. Hingga semakin sering ribut maka semakin terkuak dan muncul semuanya. Perbedaan lia dan wanita lain sudah semakin jelas. (“maaf bukannya menjelekkan semua boru siahaan”), tapi memang itu fakta. Maklum aku sudah cukup banyak bergaul dan mengenal wanita bahkan berbagai suku. Istilah makan Kfc, smua serba jumbo. Dalam keadaan sadar aja suara lia sudah terbiasa besar dan kasar, apalagi kalo ribut dan emosi**?” hee…..aku sendiri habis pikir!. Tapi setau aku dia seorang Akbid koq!!
Entahlah ya lia dulu pernah bercita-cita jadi angkatan, sehingga terbiasa terbawa-bawa dengan sifat kerasnya itu. Bahkan dalam menyelesaikan suatu masalah tak pernah memakai kelembutan. Bukannya di Akbid diajarkan kelembutan dan kesabaran dalam menghadapi pasiennya**. Kalo belom bentak dan jerit-jerit rasanya gak sah. Hee…memang aneh ya. Keras kepala dan keras suara menyatu menjadi satu. Kalo sudah begitu, persoalan sepelepun akan menjadi segunung. Bahkan kadang seperti orang kesurupan kalo udah kambuh tirasnya.
:(“akhh….mungkin itulah dirinya”), kata-kata itu yg selalu terlontar dalam benakku. Aku tidak mau menyesali dan menyalahkan dia, tp aku menyalahkan kata tiras itu sendiri. Kenapa harus ada? Apa tidak bisa dirubah lagi yg lebih baik? Semua jawaban itu aku serahkan pada waktu saja, mungkin dengan seiring berjalannya waktu kata Tiras itu akan bisa terlupakan.
            Tempat dan situasi dimana cinta bersemi, ternyata mampu merubah cinta itu sendiri. Tempat indah dan lebih modern bukanlah suatu jaminan. Semakin besar daerah itu maka semakin besar pula tantangan disana. Haruskah cinta itu berubah seperti bunglon yang harus berubah bentuk hanya untuk dapat bertahan? Bukannya cinta itu mampu hidup dimana saja. Tempat itu bagai pengasingan bagiku dan sebagian besar waktuku aku habiskan disana. Seakan hal itu menjadi kewajiban dan pekerjaan bagiku. Ladang cinta yg seharusnya menunai ceria dan damai, kini berubah menjadi derita dan persoalan-persoalan yg baru. Akankah cinta menjadi dosa jika tumbuh dilahan yg keliru….??
Berlahan aku coba untuk membebaskan diri, sambil tetap untuk berusaha bisa tersenyum, namun terkadang usaha itu menemukan jalan buntu. Aku merasa nasibku tidak lebih seperti Adam dan Hawa. Jika saja mereka tidak tergoda rayuan setan, tidak ada dosa! Begitupun aku, ditengah-tengah kesenangan dan kebebasan, seolah aku disulap oleh keadaan menjadi lelaki pengecut. Rasa takut untuk mandiri seolah merasuki pikiranku. Aku tidak bisa tegas ambil keputusan walau sebenarnya rasa itu cukup besar. Tubuh dan mulut ini seolah kaku untuk kembali lagi kesemula.
            Aku bagaikan dihadapkan pada pilihan yang sulit, disisi yang satu aku tidak ingin berpisah dari dia, namun disisi lain aku tidak ingin hidup sebagai seorang pengecut dan penakut, yang hanya mementingkan kesenangan dan membuang-buang waktu. Aku tidak jauh beda dengan pangota-pangota lain yang ada dibatam. Oh…batam, kamu sungguh kejam, aku mulai tenggelam didalam namamu. Batam bukan lagi kota industry, melainkan kota gadis. Kucoba bergerak dan beranjak diantara lumpur nista yang telah mengikat pergelangan kakiku diantara jalur-jalur dan jalan yang kulalui bahkan gelap telah menyelimutinya. Akankah kelak aku menemukan secercah cahaya yang mampu menerangi jalanku! Mampukah aku memiliki cinta agaphe yg sesungguhnya dari Tuhan? Smoga keajaiban masih ada dibumi ini. Rasa bersalah dan dongkol bercampur senang menyelimuti pikiranku. Ingin rasanya aku memaki dan menghujat, tapi kepada siapa. Dalam hal ini aku tidak pernah menyalah nasib atau takdir, dan akupun enggan mengkambing hitamkan factor keadaan. Seolah aku pasrah, meski kepasraan tidak pernah aku kenal dalam hidupku. Aku anggap itu suatu cobaan didalam situasi krisis global ini. Sperti kata bijak bilang ‘kegagalan adalah sukses yg tertunda’ dan aku buat itu suatu kegagalan dalam hal pekerjaanku. Aku tidak mau lagi ambil pusing dalam hal itu, toh juga aku sehat dan mampu hidup layaknya orang biasa. Menyesali bukan berarti harus berpatah hati, dan kesal tidak seharusnya sedih.
            Sepuluh bulan bukanlah waktu yang singkat. Sekedar menghilangkan rasa jenuh dan stress, sekalian dalam rangka merayakan natal dan tahun baru, kamipun berangkat mudik ketempat lia tanah jawa namanya. Senang cukup senang, walau sedikit ada masalah dari masyarakat setempat. Maklum adat bataknya masih cukup kental, dan akurasa kami juga terlalu berani dan ceroboh pulang berdua tanpa dilandasi hubungan pernikahan. Itulah alasan mereka walau sebenarnya orangtua lia ada disana.  (“Tiiinnti…..”) tiba-tiba aku dikagetkan bunyi sms dari handphone tuaku, :”Christmas is near and its coming. Be meery……,be happy…. Have a wonderful Christmas and New year”. Terhentak aku sadar bahwa Natal sudah tiba. Selamat Natal kiriman balasanku, sambil berpikir dalam benakku tentang  pekerjaanlu yang masih tertunda. Namun aku cukup menikmati natal itu karena kami putuskan untuk berangkat kedanau toba. Keceriaan dan kenanganpun mengalir jernih layaknya sperti danau toba itu. Wah…betapa indahnya danau toba, sungguh megah pesonanya, airnya yang jernih dan pemandangannya menakjubkan. Aku bagaikan bermimpi bisa menikmati sunset dan indahnya malam disana bersama lia. Apalagi yang paling berharga selain kedamaian dihati, biarkan jiwa melayang mengitari gelora danau toba, demi untuk mencari arti sebuah kedamaian. sungguh aku tahluk akan megahnya pesona danau itu. Hidup memang tidak ada yang sempurna, begitu juga dengan rencana Tahun Baruku, ternyata kami rayakan dibatam juga ,kami pulang sebelum saatnya sesuai rencana. Namun aku tetap bersyukur bisa berkumpul merayakannya bersama lia dan juga teman-teman kami walau tak bisa bersama orang tua.                  
Pagi yang cerah 2009 aku sambut dengan ceria dan seyum, dan berharap kelak senyum itu masih terus menghiasi pipi ini. Dari sekian banyak kisah yang sudah terlewati, tidak satupun mampu membawa cerita baru dalam hidupku. Kembali melakukan aktivitas seperti biasa menjadi hal rutin dalam hari-hariku, seolah berjalan tidak tau apa-apa. Predikat cinta terlarang juga ‘Keterpaksaan masih berjalan trus bergandeng dalam kisah cinta. Entahlah itu sampai kapan berjalan, namun alasan itulah yg membuat niat tak ingin merubah, walau aku rindu perubahan itu. sakit memang sungguh sakit, semua karena factor keadaan. Hidup memang bagai ribuan benang yang merajut, meluruskan satu demi satu melewati hari-harinya. Begitu sukar rasanya sampai bulanpun berganti bulan, umur bertambah tak trasa. Semua itu berkat cintaku pada lia. Sungguh tiada yang mustahil bagi cinta! Jika kita benar-benar memilikinya, kita tidak memerlukan sesuatupun yang lain. Dan jika kita tidak memiliki cinta, Apapun yang lain yang kita miliki tidak akan banyak berarti. Heee……macam pujangga cinta aja! Memang aku hanya mampu ikutin kata hati, mungkin itu jalan satu-satunya saat aku dihadapkan pada pilihan yang sulit dan membingungkan, dan moga itu menjadi keputusan yang tepat.
Ternyata waktu lebih kejam dari smua yg ada dibumi ini. Waktu tidak hanya membunuhku dengan umurku yang semakin tua tak terasa, namun waktu membunuh segalanya, termasuk Cinta yang dulu kami miliki kini sudah musnah seiring berjalannya waktu. Tiga tahun sudah kami jalanin dan kini tepatnya ditahun 2011, tapi rasa yang dulu kami miliki sudah lama hilang dan berubah haluan. Cinta memang memiliki expire, jika batas waktunya habis maka cinta itu tidak akan berguna dan tidak dipakai lagi. Hee…emang cinta barang kali ya!!! Tapi memang dari dahulukala cinta berakhir selalu karena faktor orang ketiga dan duit. Cinta selalu berevolusi menjadi matre seiring jaman yang semakin maju. Segalanya dapat dibeli dengan duit karena manusia jaman sekarang hidup karena duit dan bukan karena cinta. Tangan kami bergandeng bersama, kaki kami berjalan bersama tapi hati kami sudah tidak bersama. Bahkan keromantisan tidak pernah ada lagi, semua berjalan hanya karena duit semata. Satu sama lain merasa menghianati karena yang ada dihatinya hanyalah orang ketiga. Uhh,,,rasa sakit itu pasti ada tapi mau dibilang apa, karena bagiku cinta tidak bisa dipaksakan dan aku hanya bisa menunggu kapan ini semua berakhir. Mungkin dengan berakhirnya ini maka kehidupan baru akan mengubahku menjadi lelaki yang sesungguhnya. Seperti orang bijak berkata “berpacaran itu hanyalah membuang-buang waktu, semua akan berujung dipernikahan”. Mungkin dengan menikah semua sakit hati dan kenangan dapat terlupakan, bukan dengan dia tapi pasti masih ada yang lebih baik dari dia diluar sana. Biarlah kelak saling menjalani kehidupan masing-masing karena itu mungkin terbaik bagi dia dan aku. Ada saat-saat dimana semua itu terasa indah dan ada saat semua itu berakhir. Cintaku ibarat dedaunan ditengah hutan, akan jatuh dan berubah sendiri karena waktu dan musim yang berganti. Jika lingkaran bentuk yg sempurna, maka yang lain akan membentuk wujud yang lain dan membingungkan. Aku tetap bersyukur pernah mengalami cinta itu walau akhirnya itu berakhir 2011. Dan mgkn cinta yang terbaik adalah cinta yang aku miliki bersama istriku nanti.
Ini bukanlah akhir dari kisah hidupku, melainkan pernikahan inilah awal dari smua hidupku walau tidak menikah dengan dia namun aku menemukan sosok yang lebih baik dari dia. sebab kisah ini masih terus berjalan saat tulisan ini digoreskan dan untuk selamanya sampai maut memisahkan aku dan istriku yang baru. Semoga tidak ada lagi cinta seperti kisahku ini, dan berbahagialah orang yang mampu memiliki cinta sejati, karena cinta sejati tanpa syarat dan hidup untuk selamanya. Dan akupun memutuskan untuk meninggalkan batam dan memulai hidup baru dengan istri baruku. Good bye batam….
Smoga batam tidak selalu kisah cinta yang kontroversi dan smoga image itu hilang seiring berjalannya waktu kelak nanti, agar kedamain masih ada disana dan tidak kedamaian semata dan sementara. Kisah ini buat gadis-gadis yang ada dipulau batam…..(terlebih yang dinagoya).

By: Joesny aruan
(lukman.aruan@gmail.com)
Agustus 2011